Friday, March 25, 2016

OHH....JERUK

Ini kisah klasik masa SMP melibatkan teman sepermainan. Kala itu sehabis pulang sekolah,kami selalu bermarkas di pinggir sungai La Maninring. Sebuah sungai yang pinggirannya landai dengan rangkaian batu saling bersambungan.  Tempat main luncuran dengan pelepah pohon kelapa. Nyemplung ke sungai dan mandi sepuasnya.Dibawah pohon ....kami saban hari berkumpul dan mengatur rencana permainan.

Banjir besar telah melanda. Sungai Maninring telah meluap kemarin. Menyisakan hari itu air kecoklatan namun arus sudah tak deras. Seperti biasa akan selalu ada ide untuk kegiatan bermain. Sebuah kesepakatan hari itu kita akan menyeberangi sungai dan bermain di Samasaleng. Sekaligus mencari buah-buahan.

Tak ada kesulitan menyeberangi sungai,semua teman adalah perenang tangguh. Kami pun berlomba menyerbu buah jeruk besar. Entah pemiliknya siapa. Seorang teman dengan sigapnya memetik buah dan melemparkannya. Kami yang dibawah bertugas mengumpulkannya. Terasa manis di siang itu. Suara kami pun ramai berteriak-teriak di tengah hutan kecil itu. Larut dalam kesenangan,tak disangka sebuah teriakan lantang mengangetkan kami dari pinggir jalan seberang sungai.

Seorang teman  mengenal pemilik suara itu. Dia pemilik kebun ini,bisiknya. Pada mulanya kami kaget. Alamak kita semua akan kena marah dan mungkin hajaran. Sedikit kegembiraan muncul. Pikir kami dia tak akan menghampiri dan mau menyeberangi sungai yang sedikit masih meluap. Kami pun semangat melahap jeruk-jeruk itu. Suara di seberang semakin menjadi-jadi dan mulai membentak-bentak. Kami masih tak peduli,bisa jadi dia hanya mengaku-aku pemilik kebun. Semakin menjadi teriakannya kami pun jengkel dan membalas teriakannya.

Akibat ulah kami dia mulai mengancam akan menyeberang dan memukuli kami. Apa jawab teman-teman kami,dengan entengnya mengatakan silahkan saja datang kalau mau. Mungkin karena habis kesabaran dari tadi tak dihiraukan,dia semakin emosi. Hening.Hanya suara burung terdengar.Lama tak ada suaranya. Kami pun menganggap dia sudah menyerah menakut-nakuti kami.Lanjut mengupas kulit jeruk satu persatu. Perut telah terasa penuh ketika beberap buah jeruk telah jadi santapan siang pelepas dahaga.

Tiba-tiba sebuah teriakan terasa dekat terdengar mengangetkan kami.Membuat kami terkesiap. Tak berpikir panjang kami pun berhamburan menyelamatkan diri. Dengan badan polos tampa sehelai benang kami menerjang semak belukar. Suara itu semakin beringas mengejar kami. Saya dan beberapa teman berlari menuju tepian sungai sebelah selatan dengan niatan dapat segera menyeberangi sungai berputar dan mengambil pakaian kami.Bebera teman telah berlari kencang,tampaknya pemilik kebun mengejar kelompokku. Untungnya jalan berliku dan semak rimbun menutupi pelarian kami.

Sekuat kami berlari dalam tekanan ketakutan pun ada batasnya. Napas saya semakin ngos-ngosan,saya paling belakang. Perut tak dapat di ajak konpromi berlari. Penuh dengan bulir-bulir jeruk.  Dibelakang suara makian semakin dekat saja. Entah dari mana sebuah ide muncul di saat genting. Diantara semak belukar yang rimbung kelihatan jalanan sapi.Seperti terowongan namun harus merangkak memasukinya. Jadilah aku melompat masuk dan berlindung di dalamnya. Tak lama kemudian derap langkah kaki berlari masih dengan sumpah serapahnya. Lewat di depan mata saya dengan memegang sepotong kayu sebagai pentungan.Aku menahan napas. Syukur dia lewat tampa menemukan aku.

Lama ngumpet di situ setelah tak terdengar lagi teriakan dan makian. Aku bergegas keluar. Teman-teman pun pada keluar. Ada yang sembunyi di atas pohon. Masih dengan berhati-hati kami pun memutar arah.Menyeberangi sungai dengan berenang. Mata masih awas memandangi sekeliling. Mendapati baju dan celana di tempatnya. Tak lama kemudian kami pun kabur dengan rasa deg-degan. Cukup pelajaran sport jantung hari itu. Teman lain hari itu tak dapat kami jumpai,namun kabarnya tak seorang teman pun kedapatan. KAPOK aku...!
Masa kecil bisa saja penuh kenakalan namun ketika anda telah dewasa sadarilah dan berjanjilah untuk tak mengulanginya lagi.

No comments:

Post a Comment