Friday, March 25, 2016

OE...OE...TANYA-TANYA DULU

Kisah ini terjadi di bangku sekolah menengah atas. Kalau tak salah ingat kelas 2 waktu itu. Guru mata pelajaran kami saban masuk mengajar mempunyai kebiasaan unik. Selalu menanyakan pelajaran yang telah lalu.

Keunikannya itu ketika dengan suara khas serak basah dan agak berat serta intonasi yang cepat.Menunjuk kami satu persatu yang dimulai dengan kalimat
"Oe...oe...tanya-tanya dulu"! Dengan berulang-ulang.

Hari itu giliran dia masuk mengajar di kelas kami. Semua siswa yang sudah mafhum hanya senyum-senyum kecut. Bukan apanya ada kelucuan terasa dibarengi dengan rasa khawatir menjawab salah dengan hukuman ringan ketok kepala pakai kapur tulis atau mencorengkan kapur tulis di pipi.

Pas kepalanya melongok dan memberi salam,ada siswa yang mulai senyum sembari melirik teman satu sama lain.Ketika dia bersiap mengajar,teman usil dibelakang berbisik namun bisikannya bisa terdengar sampai bangku paling depan.
"Oeh...oe...tanya-tanya dulu"
Tampa di komando semua siswa pun tertawa lepas.

Mendengar kami tertawa sang guru kaget dan menatap kami penuh selidik.Dia kemudian bertanya dengan rasa penasaran tentang apa pasal.
Namun semua teman membisu mulai ketakutan ketika melihat mimik wajah sang guru mulai memerah menahan emosi.Dia bertanya apa ada yang salah dengan penampilannya hari ini semisal cara berpakaian.Siswa menjawab kompak tidak pak.

Lalu apanya namun semua siswa membisu. Sebagai hukuman kami harus membuat pernyataan di selembar kertas untuk tidak mengulangi kesalahan tertawa pada sang guru masuk kelas. Beres...belum ternyata dari sinilah petaka ini terjadi.

Dua orang teman dalam surat pernyataannya itu menjelaskan bahwa dia tidak akan mengulang lagi atau latah mengatakan "oe - oe tanya dulu" ketika pelajaran akan dimulai. Mendapati surat pernyataan demikian sang guru kemudian memanggil dua orang ini dan menginterogasinya.Dengan kesalnya dia menyuruhnya berdiri di depan kelas dan kembali mengajukan beberapa pertanyaan. Namun jawaban yang di dapatnya tak memuaskan,maka sebuah sapu pun ikut berbicara di betis mereka.

Saat itu kami pasrah akan ulah tak hormat kami walaupun pada dasarnya bukan untuk melecehkan guru kami. Seingatku semua teman mendapatkan hadiah sapu pada betis dan pantat mereka. Ampun pak guru. Teman perempuan ada yang menangis bukan karna sapu itu akan tetapi iba melihat dua teman kami di atas berdiri dengan angkat tangan dan satu kaki di angkat dibarengi dengan wajah memelas menyadari kekhilafannya membocorkan rahasia...oeh..oe...tanya-tanya dulu pada selembar kertas.

No comments:

Post a Comment