Friday, March 25, 2016

CEWEK PULAU

Teringat seorang cewek dari tanah benteng balangnipa,Sinjai. Tepatnya di gugusan pulau sembilannya. Sebuah pulau tempat lokasi KKN UNM kala itu.

Musim kemarau waktu itu melanda. Sumur penduduk telah kering kerontang.Untuk penuhi hajat mandi kami pun mengandalkan air laut. Jadilah aku sebagai kordes pioner terjun bebas ke laut dari tanggul.

Saban hari tiap sore aku menceburkan diri di laut bebas. Menunggu matahari tenggelam dengan bergelantungan di perahu-perahu nelayan.Suatu sore seorang cewek duduk di atas tanggul selalu menatap dan memperhatikan tingkahku di air. Aku sempat salah tingkah namun tak berlangsung lama.

Sore itu senyumnya mengembang,rambutnya tertata apik dengan bando warna biru. Aku terusik,lama kuperhatikan dari dekat cewek ini ternyata cantik dengan kulitnya yang putih. Tak seperti kebanyakan cewek pulau lainnya. Kejantananku mulai menantang untuk bermain api dengan seorang cewek pulau.Tentunya ingin jadi penakluk.

Aku merasa getar ini telah menggerogoti hatiku. Untuk kesekian kalinya hati bergetar untuk masalah asmara.Ketika mentari mulai mengendurkan panasnya di Barat. Aku telah mengapung di antara deretan perahu nelayan. Menanti dengan harap kemunculan seorang cewek di ujung jalan menuju tanggul.

Mataku semakin jalang ketika dia kembali duduk di tanggul itu. Masih dengan senyum terindahnya.Aku terisak ketika air asin ini nyelonong di hidungku.Membuatku gagap.Aku melambaikan tangan menyapa dengan sebuah syarat perkenalan. Senyum itu mengembang dengan manis.

Lepas shalat magrib selepas dari masjid,aku mencegatnya. Kami berbincang dengan rasa tak karuan. Dia begitu mempesona kala itu. Dia mengajakku jalan ke rumahnya. Duh...Semenjak itu aku jadi gerilyawan,menunggu sore hari di tanggul,menunggunya dari masjid. Dianya pun semakin rajin ke masjid. Maklum pondokan kami depan masjid.

Tak berlangsung lama kami pun jadian ala monyet gaci dengan memaklumi keadaan. Hanya melalui sebuah surat komunikasi terjalin. Cintaku telah tersangkut di jejeran pulau sembilan. Meninggalkan memori indah seindah alam pulau Batanglampe tempo doloe.

Aku mengingatmu karena aku teringat pulau Sinjai,teringat pulau sembilannya.Teringat warganya. Spesial engkau disana dalam penantianmu walau kita  jauh dalam bingkai kesetiaan masing-masing pada pasangan sekarang.Anggaplah ini kisah pengusik suntuk. Menjadi pernak-pernik masa lalu kita.Senyummu tetap terkenang namun tawa istriku lebih bermakna membelai jiwaku sampai maut memisahkan kami sebagai suami istri.

Doi-Doi,15 Agustus 2015

No comments:

Post a Comment