Friday, March 25, 2016

MENYALIP DAN MEMBAJAK

Sebuah kisah lawas yang ingin saya ceritakan sekedar pengingat ketimbang ingatan saya kemudian mengendap tak bergores. Sebuah kisah yang mengusik nilai keakuan dan nilai intoleran.Sedikit unik namun ini adalah fakta. Ternyata di belahan bumi ini karakter manusia pun berbeda-beda.

Dan karakter demikian pun akan muncul ketika menemukan peristiwa yang dianggap tak sejalan dengan pemikiran dan pendapat yang dianutnya.Pangkat dan jabatan seringkali menyilaukan kedua mata dan mata batinnya.

Penganggapan untuk selalu merasa terhormat dan tak ridho ketika orang lain berbuat sesuatu yang mengancam eksistensinya ataukah merasa tak mau dikalah. Entahlah.

Kisah di bawah ini bisa menyempurnakan sedikit dari uraian singkat di atas.

Suatu malam di masa kejayaan motor 2 tak merk negara Jepang. Motor ini khas bunyi knalpotnya yang agak nyaring membelah jalanan aspal lurus bermula dari area kantor polisi.

Sebagai pemuda tanggung yang menjumpai motor identik kaliber dengan kekencangannya maka tak puaslah kalau motor ini tak di test drive lebih dulu. Untuk mengetes lajunya maka tali gas perlu di uber-uber sampai mentok. Sedikit rasa cemas namun semuanya terhenti ketika kopling tangan terlepas. Menderulah si dua tak di jalanan lurus.Perlu legitimasi pembuktian motor ini kencang atau tidak. Bukan cuma pelabelan dari pengguna motor sejenis.

Larut di tengah aspal mulus menyalip beberapa pengguna motor lain. Ya sesuai koridor penyalipan. Menyalip dari sebelah kanan.Dari jarum kilometer 60,70, sampai 100.Lagian tak ada aturan maksimal sampai kecepatan berapa. Berbeda dengan di kota besar. Gas Sedikit mentok ketika trek lurus itu mulai berakhir. Tentunya dengan kecepatan sekian bisa dibayangkan riuhnya suara knalpot membuang asap.

Cukup puas dengan performa sang 2 tak,balik haluan. Motor dijalankan dalam kecepatan sedang. Sedikit memberikan ruang bebas pada mesin yang telah dipaksa tadi.Seperdua dari rute tadi tampak nyala lampu motor sepertinya selurus dengan motor yang kupakai. Alamat kami akan tabrakan ketika pengendara itu tak lekas sadar akan kekeliruannya.Saya mengalah sebelum motor itu semakin dekat. Ternyata dia pun mengikuti arah yang kupilih.Aku kemudian banting stir ke kembali ke kiri. Dari depan dia melakukan hal serupa. Seakan akan dengan sengaja ingin tabrakan.

Ini gila pikirku. Stir saya banting ke kanan. Hal serupa pun dia lakukan kembali. Cari ribut ini orang gumanku. Motor kami semakin dekat dan motornya itu menutup jalan bagiku. Jadilah ban depan kami nyaris berciuman mesra di malam itu. Untungnya rem masih berfungsi normal.

Rasa heran membuncah,ingin saya kukatakan dengan rasa kesal sebuah pertanyaan
"What do you want ?"
Namun tak jadi ketika aku melihatnya.
Siapa dia ?
Dia dalam balutan istimewanya dengan tanda-tanda pangkat di lengan baju dinasnya.
Masih motornya menghalangi motorku,tak ada celah untuk lewat.

Sebuah pertanyaan bernada kurang bersahabat terlontar dari mulutnya.
Intinya kenapa balap ? Lha apa yang salah ? Setiap hari orang menuju ke Soppeng lewat jalur ini juga pada ngebut.
Saya pun terdiam sesaat dan kemudian memberi jawab.Dia kemudian tanya-tanya nama orang tua. Terlintas di pikiran saya perlu memberi tahu nama dari tokoh masyarakat yang di segani di daerah kami. Tak lain maksudnya untuk membuat dia segan juga. Dari bahasanya tadi sepertinya dia tidak senang dan hendak mempersulit saya. Mendengar nama bajakan tokoh yang saya sebutkan tadi dia kemungkinan berubah pikiran.

Tandanya dia kemudian menaiki motornya dan mempersilahkan saya melintas dengan terlebih dulu meminggirkan motornya.Ternyata strategi bajak membajak nama tokoh juga efektif ketika kepepet.

Jadi tanda tanya kenapa dia bertingkah hendak mencelakai dengan ulah anehnya tadi. Cek and ricek ternyata dia memiliki watak aneh. Tak mau disalip ketika berada di jalanan. Beberapa orang telah mengatakan demikian.

Dan ketika saya pun sudah menjadi pegawai di suatu instansi pemerintah.Kami pernah beriringan. Tempat kerja berada di pelosok gunung dan dia sementara inspeksi ke daerah gunung juga. Dia memacu motor trailnya meliuk-liuk dan ku pun mengikutinya di belakang tak ada niat untuk menyalipnya lagi. Kala itu motor yang kupakai bukan lagi si 2 tak namun sudah 4 tak namun dengan cc yang lebih tinggi lagi.Takut kejadian silam terulang.Aku hanya jadi pengekor.

Ketika dia sudah pensiun dari dinasnya,ada beberapa orang kemudian mengabarkan bahwa dia sudah berubah. Seiring usianya yang senja bulir-bulir kebajikan hidup telah menerangi relung-relung hatinya yang pernah terkontaminasi ego.

Pesannya adalah meski kita balap tentunya tetap pada koridor dengan penuh perhitungan. Membajak nama orang demi menyelamatkan diri dari sebuah perbuatan yang kita yakini tak salah adalah sah-sah saja.
Apa ini bisa dibenarkan ? Andalah yang tahu.

#edisi-inspirasi-anak-jalanan.

No comments:

Post a Comment