Wednesday, May 28, 2014

Coppo Tille destinasi para pendaki

Mendaki Coppo Tille untuk yang kesekian kalinya seakan tak ada kata bosannya. Gunung dengan lembah yang dipenuhi dengan hamparan rumput tebal dengan panorama alamnya seakan-akan selalu memanggil bagi yang bernaluri pencinta alam.Gunung ini merupakan gunung tertinggi yang ada di Kabupaten Barru.Coppo dalam bahasa Bugis berarti Puncak dan Tille adalah sebuah nama kampung yang berada dilembahnya.Berada pada ketinggian kurang lebih 843 meter dari permukaan laut.Terletak di perbatasan Kecamatan Tanete Riaja dengan kecamatan Pujananting.Medan yang harus ditempuh untuk sampai ke puncak ini terbilang menanjak.Rute untuk sampai ke puncak bisa melewati via kampung Lappa dare atau kampung Tille di sebelah selatan sisi gunung Coppo Tille. Namun kebanyakan pendaki biasanya untuk mendaki melalui jalur kampung Lappadare ini dan untuk pulangnya melewati jalur kampung Tille.Para pendaki yang ingin mencoba pengalaman lain ketika selesai menaklukkan gunung ini bisa meneruskan perjalanan ke Wae Lato. Sebuah destinasi air terjun yang berada pada bibir bukit dan persawahan.

Untuk perjalanan pendakian yang dimulai dari Lappa dare melalui kebun penduduk yang berada disebelah timur.Area ini langsung menanjak namun jalan setapak yang berkelok-kelok sedikit memudahkan pendaki.Kiri kanan jalan setapak ini ditumbuhi aneka pepohonan yang lazim dijumpai di daerah beriklim tropis.Selepas rute jalan setapak ini akan dijumpai persawahan penduduk yang bertingkat-tingkat.Untuk sampai ke areal persawahan ini sangat menanjak cukup membuat para pendaki kecapean dan memutuskan istirahat sejenak sebelum pendakian yang sebenarnya.Disini akan dijumpai mata air berupa sungai-sungai kecil yang berbatu yang tampaknya mulai mengering pengaruh panas di bulan Mei,kenyataan beberapa minggu ini hujan sudah tak turun lagi.Dipastikan untuk bulan ke depannya akan mengering dengan sendirinya.Untuk perjalanan sampai ke lembah Coppo tille dari tempat ini membutuhkan waktu tempuh sekitar 40 menit.Medannya agak sulit karena jalan yang dilalui merupakan hutan dan semak belukar yang terus mendaki.Tak akan ditemukan lagi daerah yang datar sebelum sampai di lembah.Kondisi jalan setapak yang lembab pengaruh lebatnya pepohonan dan semak belukar sering membuat terpeleset.Pendakian yang sangat menanjak ini membuat kami sering mengandalkan pada akar-akar pohon dan sulur sebagai pegangan. Harus beberapa kali singgah istirahat dengan napas ngos-ngosan sembari menenggak beberapa teguk air pengganti keringat yang telah membasahi sekujur tubuh.Untuk menghemat tenaga kami mengambil tongkat dari batang pohon yang ada di sekitar sebagai penopang.Perjalanan dipercepat demi mendapatkan moment sunseat di puncak 3 sebuah puncak gunung yang berimpitan dengan Coppo Tille.
 
 ( Lembah Coppo Tille )

Proses pendakian yang sedikit licin membuat sebagian teman-teman masih berada ditengah jalan terpisahkan oleh beberapa puluh meter di bawah.Akhirnya matahari pun tenggelam tampa sempat di abadikan dengan latar puncak 3 dan coppo Tille.Rasa capek kemudian menjadi sirna ketika tanjakan terakhir terlewati berganti dengan padang rumput yang lumayan empuk karena tebalnya.Kamimemutuskan untuk mendirikan tenda di sebuah hutan kecil di bawah lembahnya Coppo Tille ketimbang di lembahnya Puncak 3.Di lembahnya Coppo Tille ini ada mata air yang sedikit juga mulai mengering. Tempat ini menjadi favorit para pendaki selain ada mata airnya kemah juga aman dari terpaan anging kencang sebab dikelilingi oleh pepohonan.
( Puncak )
Malam harinya kami pun beranjak menuju puncak 3 untuk menikmati hawa malam dan pemandangan daerah Tanete Riaja sampai ke kota Barru.Nun jauh disana kerlap-kerlip lampu rumah penduduk dan lampu bagang dan kapal para nelayan di laut pesisir Barru dan Pangkep.Berbekal kopi kental dan bertemankan kabut sesekali angin berhembus dengan kencangnya.Asyik mengutak atik handphone dengan sinyal operator seluler yang Full.Cuaca di gunung yang kerap berubah-ubah membuat kami harus beranjak ketika bintang-bintang mulai menghilang alamat akan turun hujan.Perkiraan kami pun terbukti ketika malam itu turun hujan cukup lebat.HUjan itu pun yang menyudahi cerita teman-teman yang lagi asyik menghamparkan terpal di samping tenda.Dan cerita malam itu pun berakhir dengan dengkur ditengah hujan berimpit empat dalam satu tenda.


Esoknya perjalanan pun kembali dilanjutkan menuju Wae Lato setelah menyempatkan foto-foto di puncak.Rute yang ditempuh melalui sisi gunung puncak 3 sebelah utara.Penurunan disini tidak mudah karena semak belukar yang masih lebat akibat jarang dilalui selain pendaki dan harus melewati bibir jurang.Tak ayal tas kerel pun sering tersangkut.Harus ekstra hati-hati jika melewati rute ini,dibutuhkan konsentrasi ketika berjalan pada bibir jurang.Setelah melewati jalur ini kita akan menjumpai padang rumput yang cukup luas.Oleh penduduk dijadikan lokasi pemeliharaan sapi lepas.Akan kita temui sungai-sungai keci yang kemudian oleh penduduk dibuatkan penampungan.Beberapa pipa besi panjang terbentang dari sumber mata air yang sampai kepada perumahan penduduk.
Perubahan cuaca siang itu begitu drastis,tampak langit menghitam maka sasaran ke wae Lato terpaksa harus dibatalkan dan memutuskan langsung pulang dengan jalur Kampung Tille.Semak belukar dan pepohonan rimbun membuat teman yang pernah kesini lupa untuk jalur yang paling dekat.Keputusan pun di ambil daripada harus tersesat dan hujan yang tak lama lagi akan turun untuk mengikuti jalur pipa besi yang terpasang itu.Pastinya pipa besi ini akan sampai ke kampung. Ternya hal ini menimbulkan kesulitan baru karena kami harus merangkak dan menunduk dibawah pepohonan dan belukar yang mulai lebat.Tak jarang kami harus merintis jalan baru dengan menerabas menggunakan golok.Cukup lama dengan perjuangan ini,jalur yang semestinya telah di dapat.Jalan setapak itu telah menambah semangat kami ketika gerimis mulai turun.Tinggal penurunan terus untuk sampai di kampung Tille dan ketika kaki menginjakkan jalan desa tersebut hujan deras pun mengguyur kami.

( Lappa Launa nun disana )

Tuesday, May 27, 2014

COPPO TILLE DESTINASI PARA PENDAKI


Mendaki Coppo Tille untuk yang kesekian kalinya seakan tak ada kata bosannya. Gunung dengan lembah yang dipenuhi dengan hamparan rumput tebal dengan panorama alamnya seakan-akan selalu memanggil bagi yang bernaluri pencinta alam.Gunung ini merupakan gunung tertinggi yang ada di Kabupaten Barru.Coppo dalam bahasa Bugis berarti Puncak dan Tille adalah sebuah nama kampung yang berada dilembahnya.Berada pada ketinggian kurang lebih 843 meter dari permukaan laut.Terletak di perbatasan Kecamatan Tanete Riaja dengan kecamatan Pujananting.Medan yang harus ditempuh untuk sampai ke puncak ini terbilang menanjak.Rute untuk sampai ke puncak bisa melewati via kampung Lappa dare atau kampung Tille di sebelah selatan sisi gunung Coppo Tille. Namun kebanyakan pendaki biasanya untuk mendaki melalui jalur kampung Lappadare ini dan untuk pulangnya melewati jalur kampung Tille.Para pendaki yang ingin mencoba pengalaman lain ketika selesai menaklukkan gunung ini bisa meneruskan perjalanan ke Wae Lato. Sebuah destinasi air terjun yang berada pada bibir bukit dan persawahan.
Untuk perjalanan pendakian yang dimulai dari Lappa dare melalui kebun penduduk yang berada disebelah timur.Area ini langsung menanjak namun jalan setapak yang berkelok-kelok sedikit memudahkan pendaki.Kiri kanan jalan setapak ini ditumbuhi aneka pepohonan yang lazim dijumpai di daerah beriklim tropis.Selepas rute jalan setapak ini akan dijumpai persawahan penduduk yang bertingkat-tingkat.Untuk sampai ke areal persawahan ini sangat menanjak cukup membuat para pendaki kecapean dan memutuskan istirahat sejenak sebelum pendakian yang sebenarnya.Disini akan dijumpai mata air berupa sungai-sungai kecil yang berbatu yang tampaknya mulai mengering pengaruh panas di bulan Mei,kenyataan beberapa minggu ini hujan sudah tak turun lagi.Dipastikan untuk bulan ke depannya akan mengering dengan sendirinya.Untuk perjalanan sampai ke lembah Coppo tille dari tempat ini membutuhkan waktu tempuh sekitar 40 menit.Medannya agak sulit karena jalan yang dilalui merupakan hutan dan semak belukar yang terus mendaki.Tak akan ditemukan lagi daerah yang datar sebelum sampai di lembah.Kondisi jalan setapak yang lembab pengaruh lebatnya pepohonan dan semak belukar sering membuat terpeleset.Pendakian yang sangat menanjak ini membuat kami sering mengandalkan pada akar-akar pohon dan sulur sebagai pegangan. Harus beberapa kali singgah istirahat dengan napas ngos-ngosan sembari menenggak beberapa teguk air pengganti keringat yang telah membasahi sekujur tubuh.Untuk menghemat tenaga kami mengambil tongkat dari batang pohon yang ada di sekitar sebagai penopang.Perjalanan dipercepat demi mendapatkan moment sunseat di puncak 3 sebuah puncak gunung yang berimpitan dengan Coppo Tille.
Proses pendakian yang sedikit licin membuat sebagian teman-teman masih berada ditengah jalan terpisahkan oleh beberapa puluh meter di bawah.Akhirnya matahari pun tenggelam tampa sempat di abadikan dengan latar puncak 3 dan coppo Tille.Rasa capek kemudian menjadi sirna ketika tanjakan terakhir terlewati berganti dengan padang rumput yang lumayan empuk karena tebalnya.Kamimemutuskan untuk mendirikan tenda di sebuah hutan kecil di bawah lembahnya Coppo Tille ketimbang di lembahnya Puncak 3.Di lembahnya Coppo Tille ini ada mata air yang sedikit juga mulai mengering. Tempat ini menjadi favorit para pendaki selain ada mata airnya kemah juga aman dari terpaan anging kencang sebab dikelilingi oleh pepohonan.
Malam harinya kami pun beranjak menuju puncak 3 untuk menikmati hawa malam dan pemandangan daerah Tanete Riaja sampai ke kota Barru.Nun jauh disana kerlap-kerlip lampu rumah penduduk dan lampu bagang dan kapal para nelayan di laut pesisir Barru dan Pangkep.Berbekal kopi kental dan bertemankan kabut sesekali angin berhembus dengan kencangnya.Asyik mengutak atik handphone dengan sinyal operator seluler yang Full.Cuaca di gunung yang kerap berubah-ubah membuat kami harus beranjak ketika bintang-bintang mulai menghilang alamat akan turun hujan.Perkiraan kami pun terbukti ketika malam itu turun hujan cukup lebat.HUjan itu pun yang menyudahi cerita teman-teman yang lagi asyik menghamparkan terpal di samping tenda.Dan cerita malam itu pun berakhir dengan dengkur ditengah hujan berimpit empat dalam satu tenda.
Esoknya perjalanan pun kembali dilanjutkan menuju Wae Lato setelah menyempatkan foto-foto di puncak.Rute yang ditempuh melalui sisi gunung puncak 3 sebelah utara.Penurunan disini tidak mudah karena semak belukar yang masih lebat akibat jarang dilalui selain pendaki dan harus melewati bibir jurang.Tak ayal tas kerel pun sering tersangkut.Harus ekstra hati-hati jika melewati rute ini,dibutuhkan konsentrasi ketika berjalan pada bibir jurang.Setelah melewati jalur ini kita akan menjumpai padang rumput yang cukup luas.Oleh penduduk dijadikan lokasi pemeliharaan sapi lepas.Akan kita temui sungai-sungai keci yang kemudian oleh penduduk dibuatkan penampungan.Beberapa pipa besi panjang terbentang dari sumber mata air yang sampai kepada perumahan penduduk.
Perubahan cuaca siang itu begitu drastis,tampak langit menghitam maka sasaran ke wae Lato terpaksa harus dibatalkan dan memutuskan langsung pulang dengan jalur Kampung Tille.Semak belukar dan pepohonan rimbun membuat teman yang pernah kesini lupa untuk jalur yang paling dekat.Keputusan pun di ambil daripada harus tersesat dan hujan yang tak lama lagi akan turun untuk mengikuti jalur pipa besi yang terpasang itu.Pastinya pipa besi ini akan sampai ke kampung. Ternya hal ini menimbulkan kesulitan baru karena kami harus merangkak dan menunduk dibawah pepohonan dan belukar yang mulai lebat.Tak jarang kami harus merintis jalan baru dengan menerabas menggunakan golok.Cukup lama dengan perjuangan ini,jalur yang semestinya telah di dapat.Jalan setapak itu telah menambah semangat kami ketika gerimis mulai turun.Tinggal penurunan terus untuk sampai di kampung Tille dan ketika kaki menginjakkan jalan desa tersebut hujan deras pun mengguyur kami.