Thursday, July 26, 2012

Anak IKIP yach

Pengalaman ini terasa sudah cukup lama,namun masih tersave dengan aman di memori otak. Ceritanya bermula ketika saat itu saya harus memilih IKIP dibandingkan universitas negeri lain yang ada di Makassar.Cukup beruntung,karena nama saya tertera lulus UMPTN di IKIP dengan pilihan pertama yakni pendidikan Ekonomi.Suatu kebanggaan bisa lulus dibandingkan teman satu kampung yang tak lulus di universitas negeri.Maklum anggapan lulus di negeri berarti pembayaran tak seberapa. Proses perkuliahan pun bermula dengan aneka teman dari berbagai daerah dan pelosok se Sul-Sel dan Sulawesi Barat kala itu.Tentunya dengan pemahaman sederhana dari kampung agak bisa kuliah dengan baik dan tentunya penyelesaian kuliah yang tepat waktu.Namanya dari daerah tingkat pergaulan pun masih dibilang terkontrol,belum terkontaminasi dengan pengaruh kehidupan kota yang penuh dengan glamaur dan godaan sesaat. Penampilan kami pun tampak sederhana.Pakaian yang murah meriah,namun pastinya masih terjamin kebersihannya.Kebanyakan dibawa dari kampung.Jadi tampaknya memang tidak baru.Dalam satu kelas pun tidak ada penampilan teman yang menonjol dalam berpakaian.Dapat ditebak kalau kehidupan mereka di kampung juga pastinya sederhana,walaupun ada juga pastinya yang memiliki sawah dan kebun berhektar-hektar. Sebagai mahasiswa baru yang telah merasakan denyut roda kehidupan kota metropolitan sekelas Makassar,tentunya gairah untuk berpenampilan agak beda menyeruak.Jadilah kami berempat teman laki-laki ke pasar sentral kala itu.Pilihan ke pasar sentral pun bukan karena tanpa alasan.Ditempat itulah bisa terjadi tawar menawar barang,kalau jeli bisa mendapatkan barang dengan harga murah.Tergantung kepiawaian menawar.Beda dengan mall yang ada saat itu,semua harganya sudah terpasang dan harga pun adakalanya tak cocok dengan kantong mahasiswa daerah. Di sebuah stand pakaian di lantai dasar menjual aneka pakaian dari baju-baju kaos sampai celana pendek.Agak lama memilih-milih barang,terjadi dialog antara kami dengan pemilik jualan ini.Seorang wanita usia kala itu menurut taksiranku kepala tiga atau kepala dua delapanlah.Dia bertanya anak IKIP ya? .Lho kaget wong kok bisanya tahu atau tebakannya benar.Jawab kami kala itu bukan,kami anak ini,menyebutkan sebuah nama perguruan tinggi swasta ternama di Mks.Akh pasti anak IKIP! ulangnya lagi dengan pasti.Mendengar hal itu kami pun tak mau menanggapi lagi.Gerah berbohong rasanya.Kami pun pura-pura memilih celana pendek,bayar dan langsung ngacir.Perasaan menyesal saya baru timbul sekarang,kenapa saat itu mengingkari institusi yang telah mengantarkan saya sekarang dalam korps Umar Bakrie? Bagaimana saat sekarang dari beberapa alumni perguruan swasta tadi yang kami sebutkan sebagai almamater itu berlomba-lomba ambil akta IV untuk menjadi guru.Alasannya jurusan mereka tak menyediakan banyak formasi menjadi PNS.Bagaimana seandainya tadi penjual pakaian itu bisa menebak bahwa kehidupan guru dari alumni IKIP sekarang jauh lebih baik dengan sertifikasinya ini? Mungkin tak akan mengulang pertanyaannya dan mungkin akan kuliah juga di IKIP untuk menjadi guru.Analisa sederhana saya penjual pakaian itu bisa menebak dengan tepat dilihat dari penampilan kami yang sangat sederhana.Jauh dari tampilan mahasiswa perguruan swasta yang kami sebutkan.Tentunya mahasiswa swasta ini pun jarang akan bertandang di pasar sentral yang riuh.Pengalamannya berbicara dari instingnya bahwa kebanyakan yang belanja di pasar sentral adalah mahasiswa dari daerah yang kuliah di IKIP kala itu. Okelah itu jaman dulu saya,separuh berjalannya waktu Ikip berubah menjadi UNM.Jadi saya lulus dengan alumni UNM walaupun subtansinya masih sama dengan IKIP.Intinya walaupun dari Ikip,para alumninya telah unjuk gigi walaupun sudah tak berpenampilan sangat sederhana lagi.Sekian banyak alumninya tersenyum sumringah dibelakang stir avanza,Rush,Terios dan aneka merk mobil lainnya.Alumni IKIP dengan berkah sertifikasinya.Terima kasih almamaterku Institut keguruan ilmu pendidikan Ujung pandang. salam Ralla

No comments:

Post a Comment