Saturday, April 16, 2016

Miras yang miris

Tadi malam sebuah insiden terjadi. Berlatar itu saya coba mereka-reka sebuah opini liar.Minuman keras atau yang populer miras  penyebab petaka. Sudah berkali-kali kita mendengar kejadian merugikan ulah tegukan miras. Anehnya walau sering menjadi pemicu peristiwa yang berdampak negatif masih saja orang meminumnya.

Terkadang kita tak habis pikir,dimana logika dan nalarnya sesuatu yang kadang merugikan namun tetap doyan diakukan. Inilah karakteristik manusia yang belum sampai pada pemikiran yang positif.

Biasanya kita sering menjumpai mereka berkelompok meminum berjamaah ketika ada hajatan. Seperti misalnya pesta penganting. Beragam alasan yang biasa mereka jawab tentang kebiasaan ini. Ada yang menjawab untuk percaya diri tampil di pergelaran musik hajatan pesta seperti elekton sekarang. Kalau dulu orkes. Ada juga yang katanya membuat berani. Dan yang lainnya katanya untuk obat sekaligus penghangat badan.

Its.ok. jawaban itu adalah alasan untuk menikmati berbagai merk minuman keras. Mulai dari harga mahal sampai pada yang murah. Ada juga yang oplosan. Merk topi-topian,handy-handyan sampai pada tuak pahit. Yang terakhir ini cukup familiar. Mudah di jumpai dan harga bersahabat.Persamaan dari merk itu semua adalah sama-sama berbau. Ya bau alkohol. Bedanya cuma harga dan komunitas para peminumnya.

Miras dan musik elekton di berbagai daerah terkadang tak terpisahkan. Dimana ada elekton maka disitu pasti ada satu,dua atau lebih yang mengkomsumsi alkohol. Akibatnya pesta biasa terganggu ketika nalar sudah tak berfungsi baik. Emosi meledak-ledak. Persoalan sepele menjadi besar berbuah perkelahian. Menegak alkohol kemudian mengendarai motor menguber-uber gas sampai hilang keseimbangan. Jatuh,menimbulkan masalah baru. Keluarga ikut susah. Nama besar pun akan terkenal hari itu. Ruginya kita terkenal bukan karena kebaikan.

Setali tiga uang,antara miras,musik elekton dan elekton type candoleng-doleng. Entah dari mana kemudian orang menjuluki elekton candoleng-doleng untuk pertunjukan musik erotis. Biasanya ketika mempelai penganting telah selesai bersanding maka geberan musik pun membuat penonton asyik dengan iramanya. Yang menarik ketika hal ini tak dilarang oleh keluarga mempelai. Ironis ketika memang menginginkan mereka tampil erotis.

Saweran adalah kata yang umum untuk mengidentifikasi musik dan biduan erotis. Biduan menerima saweran yakni uang yang di ulurkan kepada para biduan ini. Tapi biasa ada yang lebih ekstrim,uang itu ditaruh di sembarang tempat. Tahu maksudnya ?.

Ya fenomena ini sering terjadi di masyarakat kita. Sebuah keprihatinan yang masih sering di jumpai di daerah pelosok. Ini menjadi sebuah ketakutan baru ketika aneka bentuk penyimpangan sosial di atas menjadi suatu budaya baru.Suatu waktu anak cucu kita merasa asing apabila tak meneruskannya. Budaya baru dari westernisasi yang kebablasan.  Tabe…!


No comments:

Post a Comment