Setiap memasuki bulan ramadhan
akan selalu ada nuansa kebahagian dalam menyambutnya.Bulan ramadhan sangat
berarti dalam kehidupan seorang muslim. Mengapa bulan ini sangat berharga dan
istemewanya ketimbang bulan-bulan lain ?.Bulan ramadhan adalah bulan yang penuh
rahmat dan ampunan bagi muslim yang benar-benar ingin mendapatkannya.Bulan
penghapus segala dosa yang telah kita perbuat di masa lalu.Bulan yang setiap
amalan kita dihargai begitu berlipat ganda dari sang maha pencipta.
Kesan-kesan Ramdhan dari sejak
kecil sebagian masih teringat.Berbagai aneka kegiatan dan moment penting itu
selalu mencuat kembali untuk selalu di kenang sebgai sesuatu yang spesial yang
mesti di jadikan barang berharga dalam hidup yang cuma sekali ini. Ayam kampung
yang selalu menjadi panganan wajib dalam setiap malam dan sahur pertama menjadi
begitu enak.Di opor atau di goreng tak ada bedanya dalam hal cita rasa.
Ditambah dengan berkumpulnya semua anggota keluarga menjadi bumbu yang tak
kalah lezatnya dalam memberi rasa dalam kehidupan.
Malam tarwih pertama pun tak
kalah menarik untuk diceritakan,begitu masjid penuh sampai tak bisa menampung
para jamaahnya.Berlaku sampai dua atau tiga hari ke depan. Sampai sering
terlontar ide untuk menambah luasnya
masjid kampung kami itu.Namun itu pun Cuma sebatas paparan konsep tak pernah
terealisasi mengingat banyaknya lagi saran bahwa hanya masjid begitu membludak
jamaahnya waktu tertentu saja.Benar,setelah lewat tiga atau memasuki malam ke
lima maka jamaanya telah jauh berkurang.Kondidi fenomenal di masjidku dulu.
Hanya kami para anak-anak yang
sering membuat masjid begitu gaduh setiap malam dengan berbagai kegiatan konyol
yang tak patut di contoh.Ketika semua jamaah sedang sujud maka kami tak ikut
sujud malahan saling menegakkan kepala .Hasilnya ketawa tertahan pun timbul
ketika melihat teman-teman yang lain di sudut, di tengah dan di pinggir saling
tunjuk.Memaang suatu pemandangan yang mempesona ketika semua jamaah bersamaan
sujud.Ketika jamaah bangkit dari sujud barulah kami yang sujud seolah-olah
serius dalam mengerjakan sholat.Hal lain yang sering membuat kami kena damprat
adalah ketika kami yang di belakang saling sikut-sikutan dan dorong mendorong
kemudian di akhiri dengan ketawa. Tak heran ketika kami pernah di kejar dan di
usir dari panitia masjid pada suatu malam.Namun hal ini tak pernah membuat kami
jera malahan melakukannya berkesinambungan sampai-sampai panitia masjid pun
capek dan berhenti sendirinya menguber-uber kami.
Beranjak pertambahan usia ke
dewasa,moment ramadhan pun tetap memberikan nilai yang selalu mewarnai sisi
kehidupan religi kami.Kalau dulunya Ramadhan ramai dengan teman-teman kecil
kini kehadiran mereka mulai tiada.Kedewasaan telah membawa mereka mencari
nafkah ke berbagai tempat.Kampung telah di tinggalkan.Malam di awal ramadhan
ini tak pernah lagi saya dengar teman-teman remaja masjid dulu yang rajin
membangunkan setiap keluarga dengan berbagai bunyi-bunyian dari periuk dan
botol serta kaleng-kaleng bekas.Disertai dengan teriakan SAHUR
bersahut-sahutan.Itu terjadi setiap malam selama ramadhan dan ini juga yang menjadi
suatu kehilangan dalam menjalani ramadhan tahun akhir-akhir ini.
Teman-teman yang tak punya
kesempatan untuk kuliah dan bernasib menjadi seorang pegawai negeri,meraka
kebanyakan telah merantau mencari penghidupan yang layak.Meerka telah terpencar
ke berbagai daerah di Kalimantan dan Papua.Ketiaka ada yang menyempatkan pulang
kampung saya tak melihat pola pikir yang matang dari mereka.Visi misi mereka
sepertinya menganggap hidup ini sekedar hidup yang tak perlu menyiapkan sesuatu
kelak yang mesti sangat berharga di kemudian hari. Terbukti dari dialog yang
sempat kami lakukan ketika bersua dengan mereka.Uang yang mereka dapatkan
sepertinya tak berarti banyak demi kelangsungan hidupnya dengan kata lain uang
yang di dapatkannya itu dipakai berfoya-foya tampa ada pemikiran untuk
menabungnya demi membangun suatu mahligai rumah tangga atau sekedar
mengirimkannya ke kampung membantu keuangan keluarganya misalnya.
Dari penuturan mereka juga
menggambarkan bahwa pergaulan hidup pun di tanah rantau tak kalah seramya
dengan pergaulan di ibu kota-kota besar lainnya.Seks bebas dan peredaran
narkoba pun merebak.Cuma frekwensi seks bebas dan judi lebih tinggi dibanding
narkoba.Bukan rahasia umum ketika tempat pelacuran adalah sesuatu yang lumrah
menyediakan jasa servis bagi para pekerja yang kebanyakan adalah usia produktif
dan lelaki yang jauh dari istrinya.Tak heran ketika sudah gajian kerja maka
tempat prostitusi adalah sesuatu yang wajib di jambangi saat itu juga.
Memang ketika beberapa teman
memutuskan untuk tak melanjutkan sekolah dan memceritakan pengalaman rantau
mereka ,saya biasa tergiur dan tergoda dengan apa yang mereka
ceritakan.Terutama beberapa di antara mereka yang pengalaman pertamanya
berhubungan badan dengan para pekerja seks komersial ini.bercumbu dengan para
wanita-wanita yang berlatar belakang suku bangsa yang berbeda.Bagaimana tentang
rasa dan servis dari wanita suku-suku
tertentu yang memang telah terkenal di bidang ini.Seks bagi kami saat itu
ketika di ceritakan membuat kami ikut tergoda.Akan tetapi resiko dan segala
beban pertanggungan di tanah rantau serta berbagai masukan saran dari orang tua
yang telah kenyang dalam dunia perantuan membuat kami berpikir kembali.Saya
mengambil kesimpulan bahwa yang diceritakan teman-teman itu hanyalah dari segi
baiknya menurut mereka.Terbukti ketika mereka kembali tak ada yang bisa di
harapkan selain kebiasaan jelek mereka di sana,bahkan nada penyesalan kerap
muncul ketika saat mereka jaya dalam bekerja tak memamfaatkan uang mereka
dengan investasi membeli tanah atau membangun rumah minimal di kampung halaman.
Tak mengherankan memang ketika
penyebaran penyakit menular seksual pun meningkat terutama di kantong-kantong
daerah yang sedang membangun sarana dan prasarana fisik yang pendukungnya
adalah para tenaga kerja yang mayoritas laki-laki.Itulah ekses dari suatu
pembangunan,mau di apa juga dalam tataran hidup, kebutuhan biologis manusia
adalah sesuatu yang manusiawi.Persoalannya jika kebutuhan tersebut tak tersalurkan
pada tempatnya inilah yang menimbulkan penyakit fisik dan penyakit sosial.
Mungkin dari sekian teman kecilku
dulu telah banyak yang mengidap penyakit ini,sampai-sampai telah melupakan
kampung halamannya dan idealismenya dalam membangun sebuah rumah tangga yang
sakinah mawaddah dan warahmah.Sekelumit curhatan dalam mengenang mereka di masa
kecil dalam moment ramadhan ini.
No comments:
Post a Comment