Thursday, June 26, 2014

Ramadhan,teman kecil dan seks bebas


Setiap memasuki bulan ramadhan akan selalu ada nuansa kebahagian dalam menyambutnya.Bulan ramadhan sangat berarti dalam kehidupan seorang muslim. Mengapa bulan ini sangat berharga dan istemewanya ketimbang bulan-bulan lain ?.Bulan ramadhan adalah bulan yang penuh rahmat dan ampunan bagi muslim yang benar-benar ingin mendapatkannya.Bulan penghapus segala dosa yang telah kita perbuat di masa lalu.Bulan yang setiap amalan kita dihargai begitu berlipat ganda dari sang maha pencipta.
Kesan-kesan Ramdhan dari sejak kecil sebagian masih teringat.Berbagai aneka kegiatan dan moment penting itu selalu mencuat kembali untuk selalu di kenang sebgai sesuatu yang spesial yang mesti di jadikan barang berharga dalam hidup yang cuma sekali ini. Ayam kampung yang selalu menjadi panganan wajib dalam setiap malam dan sahur pertama menjadi begitu enak.Di opor atau di goreng tak ada bedanya dalam hal cita rasa. Ditambah dengan berkumpulnya semua anggota keluarga menjadi bumbu yang tak kalah lezatnya dalam memberi rasa dalam kehidupan.
Malam tarwih pertama pun tak kalah menarik untuk diceritakan,begitu masjid penuh sampai tak bisa menampung para jamaahnya.Berlaku sampai dua atau tiga hari ke depan. Sampai sering terlontar  ide untuk menambah luasnya masjid kampung kami itu.Namun itu pun Cuma sebatas paparan konsep tak pernah terealisasi mengingat banyaknya lagi saran bahwa hanya masjid begitu membludak jamaahnya waktu tertentu saja.Benar,setelah lewat tiga atau memasuki malam ke lima maka jamaanya telah jauh berkurang.Kondidi fenomenal di masjidku dulu.
Hanya kami para anak-anak yang sering membuat masjid begitu gaduh setiap malam dengan berbagai kegiatan konyol yang tak patut di contoh.Ketika semua jamaah sedang sujud maka kami tak ikut sujud malahan saling menegakkan kepala .Hasilnya ketawa tertahan pun timbul ketika melihat teman-teman yang lain di sudut, di tengah dan di pinggir saling tunjuk.Memaang suatu pemandangan yang mempesona ketika semua jamaah bersamaan sujud.Ketika jamaah bangkit dari sujud barulah kami yang sujud seolah-olah serius dalam mengerjakan sholat.Hal lain yang sering membuat kami kena damprat adalah ketika kami yang di belakang saling sikut-sikutan dan dorong mendorong kemudian di akhiri dengan ketawa. Tak heran ketika kami pernah di kejar dan di usir dari panitia masjid pada suatu malam.Namun hal ini tak pernah membuat kami jera malahan melakukannya berkesinambungan sampai-sampai panitia masjid pun capek dan berhenti sendirinya menguber-uber kami.
Beranjak pertambahan usia ke dewasa,moment ramadhan pun tetap memberikan nilai yang selalu mewarnai sisi kehidupan religi kami.Kalau dulunya Ramadhan ramai dengan teman-teman kecil kini kehadiran mereka mulai tiada.Kedewasaan telah membawa mereka mencari nafkah ke berbagai tempat.Kampung telah di tinggalkan.Malam di awal ramadhan ini tak pernah lagi saya dengar teman-teman remaja masjid dulu yang rajin membangunkan setiap keluarga dengan berbagai bunyi-bunyian dari periuk dan botol serta kaleng-kaleng bekas.Disertai dengan teriakan SAHUR bersahut-sahutan.Itu terjadi setiap malam selama ramadhan dan ini juga  yang menjadi  suatu kehilangan dalam menjalani ramadhan tahun akhir-akhir ini.
Teman-teman yang tak punya kesempatan untuk kuliah dan bernasib menjadi seorang pegawai negeri,meraka kebanyakan telah merantau mencari penghidupan yang layak.Meerka telah terpencar ke berbagai daerah di Kalimantan dan Papua.Ketiaka ada yang menyempatkan pulang kampung saya tak melihat pola pikir yang matang dari mereka.Visi misi mereka sepertinya menganggap hidup ini sekedar hidup yang tak perlu menyiapkan sesuatu kelak yang mesti sangat berharga di kemudian hari. Terbukti dari dialog yang sempat kami lakukan ketika bersua dengan mereka.Uang yang mereka dapatkan sepertinya tak berarti banyak demi kelangsungan hidupnya dengan kata lain uang yang di dapatkannya itu dipakai berfoya-foya tampa ada pemikiran untuk menabungnya demi membangun suatu mahligai rumah tangga atau sekedar mengirimkannya ke kampung membantu keuangan keluarganya misalnya.
Dari penuturan mereka juga menggambarkan bahwa pergaulan hidup pun di tanah rantau tak kalah seramya dengan pergaulan di ibu kota-kota besar lainnya.Seks bebas dan peredaran narkoba pun merebak.Cuma frekwensi seks bebas dan judi lebih tinggi dibanding narkoba.Bukan rahasia umum ketika tempat pelacuran adalah sesuatu yang lumrah menyediakan jasa servis bagi para pekerja yang kebanyakan adalah usia produktif dan lelaki yang jauh dari istrinya.Tak heran ketika sudah gajian kerja maka tempat prostitusi adalah sesuatu yang wajib di jambangi saat itu juga.
Memang ketika beberapa teman memutuskan untuk tak melanjutkan sekolah dan memceritakan pengalaman rantau mereka ,saya biasa tergiur dan tergoda dengan apa yang mereka ceritakan.Terutama beberapa di antara mereka yang pengalaman pertamanya berhubungan badan dengan para pekerja seks komersial ini.bercumbu dengan para wanita-wanita yang berlatar belakang suku bangsa yang berbeda.Bagaimana tentang rasa dan servis dari  wanita suku-suku tertentu yang memang telah terkenal di bidang ini.Seks bagi kami saat itu ketika di ceritakan membuat kami ikut tergoda.Akan tetapi resiko dan segala beban pertanggungan di tanah rantau serta berbagai masukan saran dari orang tua yang telah kenyang dalam dunia perantuan membuat kami berpikir kembali.Saya mengambil kesimpulan bahwa yang diceritakan teman-teman itu hanyalah dari segi baiknya menurut mereka.Terbukti ketika mereka kembali tak ada yang bisa di harapkan selain kebiasaan jelek mereka di sana,bahkan nada penyesalan kerap muncul ketika saat mereka jaya dalam bekerja tak memamfaatkan uang mereka dengan investasi membeli tanah atau membangun rumah minimal di kampung halaman.
Tak mengherankan memang ketika penyebaran penyakit menular seksual pun meningkat terutama di kantong-kantong daerah yang sedang membangun sarana dan prasarana fisik yang pendukungnya adalah para tenaga kerja yang mayoritas laki-laki.Itulah ekses dari suatu pembangunan,mau di apa juga dalam tataran hidup, kebutuhan biologis manusia adalah sesuatu yang manusiawi.Persoalannya jika kebutuhan tersebut tak tersalurkan pada tempatnya inilah yang menimbulkan penyakit fisik dan penyakit sosial.
Mungkin dari sekian teman kecilku dulu telah banyak yang mengidap penyakit ini,sampai-sampai telah melupakan kampung halamannya dan idealismenya dalam membangun sebuah rumah tangga yang sakinah mawaddah dan warahmah.Sekelumit curhatan dalam mengenang mereka di masa kecil dalam moment ramadhan ini. 




No comments:

Post a Comment