Saturday, November 13, 2010

Kambing


"Si kambing berulah lagi" omel istriku sore itu.Saya hanya diam tak menanggapi omelannya.Biasanya kalau ditanggapi macam-macam,maka perang pun terjadi.Kambing tetangga yang dilepaskan begitu saja sering menyeruduk dinding seng rumah kami.Bunyinya amat gaduh.Menjengkelkan bila terjadi saat kami tidur siang.Pipa saluran air beberapa kali pecah terinjak-injak si kambing.Jambang WC juga pernah ambruk gara-gara si kambing ini naik berteduh. Buang hajat di samping dinding rumah membuat baunya minta ampun.Hatiku kadang dongkol sebab harus keluarkan lagi biaya tak terduga memperbaiki semua kerusakan itu.Kehidupan yang setiap bulannya pas-pasan dengan kehadiran buah hati yang harus dipenuhi kebutuhan susunya.membuat istriku marah-marah jika harus keluarkan biaya lain yang tidak diperhitungkan dari awal bulan.
"bu, pipa kita lgi bocor di samping kayaknya....." perkataanku terputus ketika dia memotong pembicaraanku
" oleh kambing itu" matanya tajam menatap mataku mencari kepastian jawaban. "entahlah !" ku mendesah bergegas keluar.
"Pak mau kemana ? Tanyanya membuatku kaget, Jadi pipa itu harus di ganti ,dimana kita ambilkan uang lagi? Tinggal pembeli susunya si Sahwa" Sambungnya bak mitraliur yang ditembakkan ke seluruh tubuhku.Aku kembali terdiam.Sejak kematian kedua orangtuanya pada kecelakaan mobil menuju Makassar,tingkah istriku berubah,sukanya marah-marah.Aku merasa dia belum bisa melupakan orang tuanya.Kuambil sebuah buku dengan niatan melupakan persoalan kambing itu.Tampak kambing yang berulah itu dengan rakusnya melahap rumput-rumput di samping rumah.Warnanya hitam belang-belang putih dengan tanduknya yang kukuh melengkung kebelakang.Bergidik aku membayangkan kalau kambing ini ku usir dan tiba-tiba menyerangku.Maka terpaksa aku akan melukainya apakah dengan parang atau belati yang penting aku bisa membuatnya jera dan kalau perlu saya bunuh.Bangkainya kubuang di sungai tampa sepengetahuan pemiliknya.Tapi kalau toh tahu dan pemiliknya marah maka segala kemarahan dan kejengkelanku akan kutumpahkan padanya.Kalau tersinggung dan bermain tangan akupun tak takut.Dia menjual aku membeli.Salah satunya akan terluka dan mati,kalau saya yang mati tinggallah istriku menjanda bersama si Sahwa.buah hatiku."Abi tolong belikan terigu di warung mak Minah"teriak istriku dengan panggilan kesayangannya membuyarkan hayalanku.Di warung lagi ramai-ramainya.Anak muda sedang berkumpul main domino sambil berdiskusi tentang nomor togel yang akan naik.
"beli apaki pa guru "? sapa mak Minah. "terigunya satu bungkus" jawabku.Bergegas pulang..
Malam datang menyapa,terdengar sayup rumah di belakang memutar lagu kenangan.
'Sepanjang jalan kenangan kupeluk dirimu mesra...hujan yang rintik..' mengingatkan aku pada pacarku semasa kuliah.Pacar yang urung aku nikahi.Subaedah yang sakit hati sampai mengirimkan surat berlembar-lembar dengan noda air mata di atas tulisannya.Akh.,kumendesah.Istriku balik menatapku dengan mimik wajah penuh tanya.Namun diam sambil terus menidurkan Sahwa.
Aku masih menyisakan asa untuknya namun karena orang tua yang keberatan dengan calon istri yang jauh maka pilihanku jatuh pada sosok perempuan di sampingku ini. Larut dalam kenangan masa lalu tak tersadar aku tertidur.
.Penduduk kampung berlarian dengan rona wajah ketakutan.Kampung telah berantakan seperti di amuk badai.Dengan heran saya bertanya pada seorang warga yang saya jumpai
"Apa yang terjadi"
"Kampung kita telah diamuk oleh sekawanan kambing raksasa,merusak apa yang mereka jumpai" jawabnya.Belum sempat bertanya lagi,orang itu telah berlari ketakutan.
"Kambing" gumanku.dengan heran. Sayup-sayup terdengar bunyi berisik,tanah bergetar.Dikejauhan tampak kepulan debu membumbung tinggi disertai dengus napas tersengal-sengal.Kawanan kampung berjumlah puluhan itu menuju ke arahku.Tampak kambing yang di depan berbadan paling besar dengan tanduk yang panjang dan runcing,rupanya dialah pimpinannya.Dengan mata merah saga mendengus memandang padaku.Aku terkejut melihatnya.Belum habis keterkejutanku ketika Kambing ini berkata
" ini manusia yang kita cari rupanya "
Dengan ketakutan saya menjawab
"ada apa dengan saya"?
"kamu manusia congkak yang mau menyiksa teman-temanku di alam nyata sana" sambutnya dengan napas masih mendengus memandang padaku.
Aku terkejut melihatnya.Belum habis keterkejutanku ketika Kambing ini berkata
" Ini manusia yang kita cari rupanya "
Dengan ketakutan saya menjawab
"ada apa dengan saya"?
"kamu manusia congkak yang mau menyiksa teman-temanku di alam nyata sana" sambutnya dengan napas masih mendengus. Mendengar perkataan hewan yang bisa berkata-kata ini, saya mundur beberapa langkah. Firasat saya bahwa hewan ini akan berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan.
“ He manusia kamu ketakutan rupanya “.Umpatnya kembali mengagetkanku.
Dengan nanap kumengedarkan pandangan,ternyata kawanan kambing ini telah mengurungku. Matilah aku,batinku merintih.
“Ayo teman – teman,tunggu apa lagi hajar manusia tak berguna ini”. Perintah sang pemimpin.
Serentak para kambing ini memburu ke arahku dengan, dengan sekuat tenaga kuberlari, namun sial kenapa kaki ini serasa sangat berat dibawa berlari. Seekor kambing berhasil menanduk saya, akh .... kumengaduh.Terjatuh. Lalu kambing yang lain itu segera mengerubungi saya dan menanduk saya berkali-kali dan yang lainnya menginjak-injakku dengan penuh nafsu. Tak sempat aku menghindarkan diri.
“ Tolong.....tolong...aduh...aduh.....mati aku...!”
“ Bangun, bangun abi.....” suara istriku sembari mengguncang tubuhku.
Akh...kubermimpi rupanya. keluar keringat dinginku.
“ Abi mimpi buruk yah ?“ selidik istriku dengan pandangan sayu menelisik bola mataku.
Aku hanya mengangguk lemah. Mimpi yang aneh dan menakutkan. Mataku tak dapat lagi di ajak kompromi untuk menikmati dinginnya hawa malam. Ketika sayup-sayup kedengaran suara adzan masjid,barulah mata ini dapat terpejam. Mentari telah menghangatkan bumi ketika saya terbangun.
Sembari menikmati sarapan pagi menjelang siang,pikiran saya kembali teringat mimpi yang menakutkan tadi malam. Kambing-kanbing itu dengan beringasnya menyerang kampung beserta dengan saya. Seakan akan kambing itu menaruh dendam kesumat. Mungkinkah ini karena rasa benci dan tidak senangnya istriku akan ulah kambing tetangga,batinku mencoba menerka.Tapi bukankah apa yang dilakukan istriku itu juga benar ketika ulah kambing itu menganggu kenyamanan kami,haruskah kami mengorbankan kenyamanan kami pula hanya untuk seekor kambing semata?. Atau pikiranku yang terlalu ruwet sampai terbawa mimpi buruk.Akh...Mimpi tadi malam hanyalah bunga tidur yang tak boleh dianggap serius,kesimpulanku sambil beranjak mandi.Perasaan segar menghampiri ketika telah selesai mandi.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dan memberi salam,ternyata anaknya Pak Rusdi teman mengajar yang mengundang kami ke aqiqahnya anaknya. Setelah saya ngobrol sedikit dan mengiayakan pergi. Anak ini kemudian pamit. Setelah shalat dluhur,saya kemudian berkemas.Tampak rumahnya telah ramai oleh para undangan termasuk teman-teman guru.Pak Rusdi menyambut kedatangan sembari mejabat tanganku dengan erat.
“ Ibunya kok tidak ikut pak ? tanyanya .
“ Lagi di rumah saja,soalnya tidak ada yang jaga si Sahwa”. Menurutku pertanyaannya tadi hanyalah basa-basi,karena dia juga tahu siapa yang bisa jaga anak kami. Di ikutkan juga jelas akan merepotkan.
“ Ayo sekalian masuk pak, sekalian santap hidangan yang tersedia“. Pak Rusdi mempersilahkan kami menikmati hidangan makan siang.
Terasa nikmat makan bersama-sama apalagi hidangan kambing yang di sajikan terasa begitu menggoda,di lidah. Gulai kambing salah satunya. Cara masak yang tidak sama ketika orang memotong kambing membuat saya menambah porsinya. Tidak ada bau-bau yang khas lazimnya ketika orang mengolah kambing. Atau mungkin cara potongnya dan orang yang memotongnya barangkali yang pintar sampai kambing ini tak berbau.
Puas menikmati hidangan itu,beberapa teman tampak kumpul mengobrol di halaman di bawah pohon mangga. Entah apa yang mereka bicarakan. Dihinggapi rasa penasaran saya pun mendekat. Asyik mereka bicara tentang kuota sertifikasi. Rata-rata teman mengajar ini sementara menunggu nama-nama mereka,apa layak dan sudah bisa ikut tes fortopolio kali ini,termasuk saya.
“ Kalau dinas pendidikan daerah arif,pasti nama-nama kita sudah bisa masuk kuota tahun ini” kata pak Syamsul Alam yang nota bene adalah wakil kepala sekolah.
“ Betul pak, apalagi kita semua sudah sarjana, dan masa kerja pun sudah hampir 10 tahun” timpal pak Laode Lasumade,bagian kesiswaan. Seorang Buton yang penempatannya di kampung ini,dan beristrikan penduduk kampung ini juga.
“ Tapi kuota menengah pertama tahun ini lebih sedikit ketimbang tahun lalu, dan jatahnya katanya dilarikan sebagian ke guru sekolah dasar” timpal saya.
“Benar pak Dar, seperti itu juga saya dengar,kalau begitu diskriminatif ya”!
“Maunya dinas tidak mengalihkan seperti itu”
“ Sabar pak, mungkin tidak seperti itu nantinya, kita tunggu saja beritanya” Pak Saharuddin angkat bicara.
“ Iya, semoga saja begitu pak”. Teman-teman lain mengiyakan.

Saya melirik arloji ternyata sudah jam 14.30 ,saya harus kembali kerumah, takut istriku kelamaan menunggu. Saya segera pamit pada Pak Rusdi. Baru beberapa langkah,tiba-tiba dia memanggil dan memberikan saya sebuah bungkusan dalam kantong plastik.
“ Ini buat ibunya dirumah” pesannya. Saya berterima kasih dan kembali pamit.
Sampai dirumah istriku lagi tidur, bungkusan tadi saya simpan saja di atas meja dan terus merebahkan diri di sampingnya. Tak lama pun saya tertidur.
Kaget dan terbangun ketika istri saya membangungkan paksa dari tidurku.
“ Belikan saya obat mencret-mencret di warung, sudah tiga kali saya buang air besar dan perutku terasa melilit ” istriku memelas.
“Memangnya kenapa,apa yang sudah kita makan “ ? dengan nada menyelidik.
“ Itu daging yang di atas meja,dalam bungkusan tadi “ jawabnya.

Dengan perasan sedikit dongkol karena harus terbangun dari nyenyaknya tidur siang, kubergegas menuju warung mak Minah.
Ditikungan terakhir menuju warung saya berpapasan dengan tetangga si pemilik kambing. Sekedar basa-basi menyapa
“ Dari mana pak ”?.
“ Habis dari Bank, simpan duit “.
“ Wah dapat rejeki banyak nih pak “? ujarku.
“ Iya sedikit, kebetulan kambingnya laku pak, dibeli kemarin pak Rusdi”

Tak sempat saya melanjutkan perkataan lebih lanjut,kupercepat langkah menuju warung. Ternyata gulai kambing yang enak tadi itu adalah kambing yang suka berulah ini.Tak perlu lagi jengkel karena ulahnya.
Tampak istri saya segera menyongsong menyambut obat Cotrimoksasol dan segera meminumnya. Karena masih dipenuhi dengan rasa penasaran dan tak habis pikir akan enaknya gulai kambing tadi yang ternyata adalah kambing milik tetangga.
“ Ummi kita tahu daging apa tadi yang kita makan itu” ?
“ ya, gorengan daging sapi “ jawabnya singkat.
“ Itu daging kambing, ummi tidak biasa makan kambing kan” ?

Tampak rona wajahnya berubah.Saya harus berterus terang kalau tidak mau serba salah nantinya, maka saya pun mengatakan kalau kambing yang dia makan adalah daging kambing.Kambingnya itu adalah kambing pembuat ulah milik tetangga.Wajahnya pucat, tiba-tiba dia berlari ke kamar belakang, dan ternyata dia muntah,memuntahkan daging kambing musuh bebuyutannya itu.


No comments:

Post a Comment