Wednesday, November 3, 2010

Gattareng yang memukaua

Hujan rinai-rinai mengantar perjalanan kami menuju desa Gattareng.Suatu desa yang terletak di atas pegunungan.Terletak sekitar -+ 40 km dari jantung kota kecamatan Pujananting yakni Doi-Doi.Desa ini pernah mewakili kabupaten Barru dalam lomba desa Se Sulawesi-Selatan.Sebelumnya menyisihkan beberapa desa yang ada di Barru.Perjalan menuju kesana harus melewati pendakian dan hutan yang masih lebat dan asri.Terdapat dua jalur jalan yang bisa ditempuh yaitu jalan lama yang pendakiannya terlalu menanjak dan jalan baru yang yang melewati desa Barang.Menurut masyarakat Gattareng jalan baru ini mempersingkat waktu tempuh dan memangkas sekitar 7 km ketika harus lewat jalan lama yang juga sudah jarang dilalui.Dengan pertimbangan ini serta saya yang ingin menjajal jalan baru ini,maka rute inilah yang jadi.Dengan modal sepeda motor kamipun bertiga tampa berboncengan memasuki jalan aspal yang masih mulus.Sekitar 1 Km dari jalan masuk tampak timbunan tanah yang menutupi sebagian badan jalan.Tampaknya telah terjadi longsor beberapa hari yang lalu.Cukup ngeri membayangkan ketika tepat kami lewat,longsor itu baru terjadi.Tampak kiri Kanan jalan ditumbuhi pohon-pohon yang besar menjulang nan lebat.Kalau beruntung kita bisa mendapatkan komunitas monyet bergelantungan di dahan-dahannya.Hutan yang cukup subur menurutku karna segala jenis tumbuhan tropis bisa dijumpai.Ada pisang hutan,mangga hujan,rotan,tanaman umbi-umbian dan jenis tanaman yang saya tidak tahu namanya.Ada beberapa jembatan kecil dilewati yang dibawahnya mengalir air di sela-sela bebatuan.Pada sebuah pendakian yang tepatnya juga tikungan kami mendapati jalan yang berlumpur tampaknya aspal telah berakhir beberapa ratus meter dibelakang kami.Kelihatan bekas-bekas ban mobil yang mendaki dengan susah payah.Jalan itu ditimbuni oleh para sopir dari Gattareng dengan sekam.Gunanya supaya ban tidak terbenam dalam lumpur.Dengan harap cemas saya memperhatikan kedua teman saya yang mulai mendaki dengan hati-hati.Tibalah giliran saya dengan sedikit ragu saya masukkan gigi satu.Namun sial tepat di pertengahan jalan ban depan terjebak dalam lumpur.Dengan membuka gas kumencoba bagaimana motor bisa keluar dari lumpur.Ban belakang juga bisanya berputar-putar di tempatnya.Terpaksa teman membantu mendorongnnya.Susah payah mereka mendorongnya sampai pakaian mereka kotor kecipratan lumpur.Nasibmu teman,he..he.Bukannya si Jupi Mx tidak kuat mendaki tapi jokinya yang kurang awas melihat jalanan berlumpur.Akhirnya kami memutuskan mengaso sejenak di pinggir selokan yang mirip sungai kecil sembari membersihkan pakaian.Gemericik air yang jernih mengalir di antara bebatuan terasa sangat syahdu di dengar.Kakipun direndam dan perasaan segar kembali mengaliri semua sendi dan otot yang kaku akibat terlalu di guncang di atas motor.Cukup mengobati kerinduan akan panorama alam yang masih asli setelah sekian lama larut dalam rutinitas.Merasa cukup perjalanan dilanjutkan.Di pinggir jalan banyak sepeda motor parkir, saya bertanya dalam hati,motor siapa ini?.Keheranan saya kemudian terjawab ketika melewati beberapa orang sedang memotong dan menarik rotan.Mereka adalah pencari rotan yang memarkir motornya tadi.Tak lama kami sampai pada pendakian terakhir sebelum menuruni jalan untuk masuk gerbang Gattareng.Terhampar pemandangan yang indah,tampak gunung dan bukit berjejer.Laut pun dengan jelas kelihatan dengan pulau yang sedikit kabur,entah masuk Pangkep atau Barru.Dikejauhan sana daerah tetangga Pangkep terlihat Pabrik semen Tonasanya yang terkenal seantero indotim.Dibawah sananya lagi rumah-rumah penduduk berjejeran.Tampak dari atas desa Gattareng sangat elok dikelilingi oleh gunung-gunung dan bukit-bukit,serta sawah-sawah yang menghampar luas.Bukti bahwa Gattareng desa Subur.Tiba-tiba kami dikejutkan dengan bunyi dering hpku pertanda ada Sms masuk.Ternyata ada sinyal Telkomsel di atas gunung tengah hutan.Dari layar hp tampaknya jaringan dari Pangkep.Teman-teman pun sontak mengeluarkan hpnya.Setelah puas mencicipi pesona Ilahi dan brHp ria.Kami beranjak memasuki desa.Beberapa penduduk yang kami temui di jalan dengan senyum tulus menyambut kedatangan kami.Kebanyakan penduduk ini masih keturunan raja-raja Bugis tempo doloe.Jadi tidak heran kalau kata puang sejenis panggilan bagi keturunan raja Bugis akan akrab di dengar di desa ini.Terasa mengasyikkan perjalanan wisata kami walaupun tujuan utamanya ke pesta pernikahan temanku.Teman kuliah dulu di UNM.Penduduknya cukup makmur karena hasil pertanian mereka melimpah mulai dari padi,kacang tanah sampai pada aneka sayur-sayuran.Potensi wisatanya juga ada air terjun berlapis-lapis namun belum terekspos keluar.Kiranya suatu saat desa ini menjadi desa yang senantiasa memberikan kesan indah bagi insan yang beruntung menjejakkan tapak kakinya.Suatu desa di lembah kaki bukit serta melalui hutan nan lebat.untuk bisa menjangkaunya.
( Gattareng September 2010 )

2 comments:

  1. ass,....
    sebelumx sy ucapkan terima kasih atas tulisannya yg telah mengangkat kampung kelahiran sy,... perkenalkan nama saya Abdul Majid Salam Putra asli desa gattareng yang merantau ke Merauke Papua,...pada tahun 1982, waktu itu umurku 1 tahun,...sy kecil dan besar di perantauan,. pada tahun 2008 sy kembali mengunjungi gattareng,... dan akhirnya sy jg terpukau dengan keindahan kampungku,...
    tiap tahun sy mengunjungi gattareng dan alhamdulillah saya telah mendapatkan pendamping hidupku seorang gadis gattareng yg sekarang telah tinggal dan menetap di merauke,....I love you gattareng

    ReplyDelete
  2. selamat bung smoga di rantau tambah sukses slalu.amin.

    ReplyDelete